Berita Madrasah – Kenali Potensi Anak Sejak Dini. Manusia dianugrahi keistimewaan oleh Allah SWT yang tidak dipunyai orang lain. Demikian juga bahwa setiap anak mempunyai keunikan atau keistimewaan potensi yang merupakan ciri khasnya. Oleh karena itu hargai dan support sang anak apapun keadaannya.
Mengenali keunikan potensi anak dikemukan dalam satu Kajian Filsafat Pendidikan dengan tajuk “Pentingnya Mengenali Keunikan Potensi Anak Sejak Dini”, di Masjid Al Iman yang berada dalam komplek Sekolah Islam Terpadu (SIT) Al Iman Bojonggede, Bogor, Jawa Barat, sebagaimana dilansir dari Rapublika Sabtu (6/4/2019).
Kajian tentang memahami keunikan potensi anak tersebut dibuka oleh Afrizal Sinaro, ketua Yayasan Perguruan Al Iman. Dalam pernyataannya Ia menyampaikan akan pentingnya kegiatan tersebut dalam pengembangan kompetensi guru.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Kajian filsafat pendidikan yang membahas keunikan potensi anak tersebut menghadirkan Zulfikri Anas, seorang pakar pendidikan untuk kehidupan dari Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Dalam orasinya is menyaatakan bahwa pendidikan anak diawali ketika seseorang mempunyai rencana menikah. Pada saat ia menentukan pasangan hidupnya guna membangun bahtera rumah tangga. Dan proses pendidikan kemudian berlanjut ketika jabang bayi berada dalam kandungan. Perlu diketahui bahwa pada umur tertentu dengan mendasarkan pada hasil penelitian, si anak dalam andungan sudah bisa mengenali suara ibunya.
Baca juga: Kemendikbud : Siswa Hendaknya Bijak Menggunakan Media Sosial
Selanjutnya, Zulfikri menyampaikan akan pentingnya pertumbuhan dan perkembangan anak dalam gendongan ibu maupun ayahnya dan ketika sang ibu menyusui. Keadaan yang ada pada ibu sangat menentukan akan kualitas produksi ASI. Aktivitas ibu ketika menyusukan juga memberi pengaruh kuat terhadap anak ketika mengonsumsi ASI. Oleh karenanya ibu dan anak hendaknya berada dalam keadaan senang, rileks, dan bahagia pada saat menyusui.
“Kesempatan untuk memahami mengenali keunikan potensi anak sejak dini diawali ketika ibu menggendong dan menyusui. Lewat komunikasi dan hubungan batin, ibu memperkuat ikatan psikologis dan juga mendidik dengan afirmasi nilai-nilai kepada anaknya,“ Jelas Zulfikri yang sudah menulis buku baru berjudul Guru untuk Kehidupan.
Para orang tua muda zaman now diharap untuk tidak membuang sia-sia kesempatan emas dalam membangun kedekatan dan juga merajut ikatan batin dengan anak melalui penggunaan troli dorong ketika bepergian. Bisa jadi saat itulah sesungguhnya merupakan waktu terbaik untuk mereka berdua di tengah kesibukan yang ada.
Seberat apapun lelah yang dirasakan ketika menggendong anak tentu tak sebanding dengan kebahagiaan dapat merasakan detak jantung anak dan juga bahagianya anak ketika berada dalam dekapan.
Melalui pendekatan teologis dan filosofis, Zulfikri menjelaskan hakikat pendidikan atau core of education yang berakar dari agama. Ia menyampaikan bahwa ilmu mendidik telah tuntas seiring turunnya surat Al Maidah (5): 3. Meski demikian, Agama hanya memberikan isyarat saja. Sedangkan, manual dan detil teknis pendidikan diberikan kepada manusia.
Teori-teori pendidikan yang ada secara garis besar sudah dijelaskan dalam ayat Alquran dan telah dicontohkan dalam praktek pendidikan Nabi Muhammad Saw. “Jika merujuk kepada firman Allah yang menyatakan bahwa setiap manusia adalah khalifah maka sejatinya semua dari kita adalah seorang guru. Dan orang tua merupakan guru yang utama dan pertama bagi putra putrinya. Semua orang dewasa adalah guru untuk anak-anak,” terangnya lebih lanjut.
Baca juga: 5 Cara Jitu Mempersiapkan Dana Pendidikan Anak
Berkaitan dengan penjelasan tersebut maka menjadi penting untuk mengenali dan memahami keunikan potensi anak sejak dini. Sikapi hal berbeda yang dilakukan anak dan tidak dilakukan oleh kawannya. Segala hal yang terjadi di dunia ini tak lepas dari rencana matang Allah. Nyawa yang dianugrahkan, telah dengan sempurna diperhitungkan untuk apa si anak lahir. Setiap anak yang dilahirkan diberikan kepadanya keistimewaan dan keunikan potensi yang tidak dipunyai anak lain. Demikian juga semua anak memiliki kekurangan masing-masing sehingga mesti berkolaborasi dan welcome kepada orang lain.
Kesalahan orang dewasa adalah ketika selalu membandingkan sang anak dan juga menginginkan sang anak mempunyai kesamaan dengan anak lain dalam banyak hal.
Perlu disadari bahwa menghilangkan keunikan dan keistimewaan potensi anak sama saja dengan mengingkari terhadap fitrah manusia. Mengingkari ciptaan dan kehendak Allah sama saja dengan mengingkari Allah yang Maha Pencipta dan kehendaknya. Maka hargai keunikan dan keistimewaan potensi anak bagaimanapun kondisinya.